Perbandingan Kurikulum 4 Negara


PERBANDINGAN KURIKULUM 4 NEGARA

(INDONESIA-MALAYSIA-SINGAPORE-USA)

Buku Campbell yang merupakan salah satu rujukan dari berbagai negara tidak selalu digunakan dalam penyampaian materi biologi di setiap negara. Hal ini dikarenakan pada buku Campbell yang tersusun secara sistematis, mulai dari pengenalan cabang ilmu biologi, ruang lingkup, hirarki kehidupan terkecil sampai terbesar dan interaksinya dengan lingkungan, bertentangan dengan teori piaget sebagaimana diungkapkan oleh Piaget yakni adanya 5 tahapan perkembangan yaitu tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), tahap prekonsep (usia 2-4 tahun), tahap intuisi (usia 4-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) dan tahap operasinal formal (usia 11-15 tahun). Sehingga menurut piaget proses berpikir siswa seharusnya dari kongkrit ke abstrak.

Sedangkan materi yang di ajarkan pada kurikulum SMP di Indonesia bermula dari materi yang kongkrit ke abstrak dan materi yang di ajarkan di kelas 1 lebih mendasar daripada materi yang di ajarkan di kelas 2 dan kelas 3. Adapun penyusunan kurikulum di Indonesia disusun oleh DEPDIKNAS yang berdasarkan pada BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan). Hal ini agar terdapat keseragaman materi pelajaran di berbagai wilayah.

Kurikulum pendidikan Singapura bertujuan untuk mendidik anak yang berpotensi penuh, untuk menemukan talenta dan untuk mengembangkan dalam dirinya semangat untuk belajar seumur hidup. Siswa melalui berbagai pengalaman untuk mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang mereka perlukan untuk hidup.

Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak jauh berbeda dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional (UN) bagi semua siswa setiap yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Namun jenjang pendidikan di Singapura itu agak rumit dibandingkan dengan jenjang pendidikan di Indonesia. Adapun kesamaan lainnya yaitu dalam penyusunan materi pembelajaran kurikulum singapura mengkolaborasikan dan mensinergikan antara pedagogik dengan teori, hal ini seperti halnya pada penyusunan materi pembelajaran di Indonesia.  Adapun penyusun kurikulum di Singapura adalah  departemen Pendidikan (MOE).

Departemen Pendidikan (MOE) memastikan keseimbangan, ketelitian, relevansi dan respon dari kurikulum untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21. Guru harus berfokus pada pengajaran untuk bertahan pemahaman dan keterampilan. Penilaian harus dikontekstualisasikan dan dibuat lebih otentik untuk membekali siswa dengan keterampilan dan sikap untuk menghadapi masalah baru dan isu-isu yang akan datang mereka jalan.

Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran mengenai kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi lebih banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia I, perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga di analogikan dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran bersifat aplikatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum tersebut dengan kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968. Hal ini dikarenakan Malaysia pernah belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan secara konsisten sampai saat ini.

Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan fasilitas internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi pembelajaran, siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal membukanya saat belajar. Selain itu digunakan juga fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan penyampaian materi terutama yang menuntut penayangan gambar.

Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih mengutamakan praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja.

Fasilitas-fasilitas diatas memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Maka pantaslah jika Malaysia pada saat ini perkembangan pendidikannya semakin maju dengan pesat.

Dalam penyusunan kurikulum SMP di USA (California) terdapat nilai yang diperdebatkan di bidang pendidikan yaitu persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi. Selain itu kebijakan pendidikan USA ditentukan oleh masyarakat lokal dan negara bagian (states). Dengan demikian isi kurikulum sangat beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara bagian tersebut. Proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat negara bagian, namun guru dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan negara bagian sehingga tiap sekolah memiliki sistem yang berbeda-beda. Sedangkan mekanisme evaluasi pendidikannya mengacu pada persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi.

Pada kurikulum USA lebih banyak porsi teknologi dibandingkan porsi pedagogiknya. Hal ini dikarenakan unsur politik sebagai negara maju berpengaruh didalamnya.  Contohnya pada buku biologi matthew materi tumbuhan dan ekologi itu direduksi pada grade 7-9 (SMP), yang nantinya akan di perdalam di tingkat lebih lanjut (grade 10-12).

Tabel Perbandingan Kurikulum di Berbagai Negara

NO. Aspek yang ditinjau Negara
Indonesia Malaysia Singapura USA

(california)

1. Aspek Aspek pedagogik dan aspek didaktis Bersifat aplikatif Konten/topik dan kompetensi Guru dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan negara bagian
2. Tujuan kurikulum Mengupayakan siswa untuk mencapai kompetensi tertentu, memberikan bekal akademik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi serta siswa mampu menyelesaikan masalah secara wajar dan menjalankan hidup secara bermanfaat. Mengupayakan pendidikan  yang terus-menerus untuk mengembangkan potensi individu secara holistik dan terintegrasi serta menganut asas keseimbangan secara harmoi antara aspek intelektual, spiritual, emosional dan fisik, didasarkan pada keyakinan dan ketaatan kepada Tuhan. Menyediakan siswa dengan pendidikan yang holistik dan berbasis luas. Agar siswa cerdas dan berakhlaq.
3. Penyusun kurikulum DEPDIKNAS sesuai dengan BSNP untuk sekolah umum, dan dinaungi DEPAG untuk sekolah berbasis agama Filsafat Nasional Pendidikan Konstitusi Negara masyarakat lokal dan negara bagian (states)
4. Konten Materi pembelajaran ditentukan oleh sekolah berdasarkan standar kompetensi dam kompetensi dasar, berpusat pada materi pokok, fokus pada aspek kognitif, psikomotor dan aspektif serta pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi Kurikulum berbasis isi (content) dan keterampilan (skill) di mana isi setiap mata pelajaran memperkuat dan mempermudah pengembangan keterampilan dasar, penguasaan pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Kurikulum dikembangkan secara nasional yang berpusat kepada siswa dan berbasis pada masyarakat, sedangkan implementasinya diserahkan kepada guru-guru di sekolah. kurikulum sangat beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara bagian tersebut. Proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat Negara bagian tersebut.
5. Penilaian Mengacu pada tiga aspek yakni kognitif, psikomotorik, afektif, didasarkan pada materi esensial yang relevan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa serta ujian menggunakan berbagai teknik dan metode penilaian. Didasarkan pada materi yang relevan dengan kurikulum yang berbasis isi (content) dan keterampilan (skill). Didasarkan pada materi yang  berbasis kepada konten/topik dan kompetensi, penilaian formatif dan sumatif. Dipusatkan pada tingkat negara bagian, Tidak ada mekanisme formal untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum, yakni penilaian menggunakan riset/penelitian
6. Proses pembelajaran Guru sebagai fasilitator, Pembelajaran berpusat pada siswa dan berdasar pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Siswa aktif dengan pembelajaran lebih mengutamakan praktek daripada penjelasan teori, ilmu teoritis diseimbangkan dengan kebutuhan masyarakat. Student center dengan fokus pada pengembangan ketrampilan, minat dan kemampuan siswa. Student center, dengan pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun.

Daftar Pustaka

Hamalik, O. (1990). Pengembangan kurikulum: Dasar-dasar dan pengembangannya. Bandung: Mandar Maju.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Zulfiani, Tonih, Kinkin. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Tinggalkan komentar